Rabu, 12 Agustus 2015

Penipuan E-Comerce Indonesia | LAZADA Tidak Profesional, JNE Tidak Bertanggung Jawab

Penjualan 1unit Smartphone via online, Lazada butuh waktu 1,5 bulan
(Sebuah Fenomena Bisnis E-Comerce Indonesia)


Pengalaman pahit dan kecewa yang mendalam menimpa saya selaku Pembeli. Tanggal 3 Juli 2015 saya membeli 1 Unit Smartphone dan sudah bersahaja saya mengatur waktu dengan melakukan pemesanan lebih cepat sebelum suasana kesibukan lebaran Idul Fitri tiba, yaitu waktu lebih kurang 14 hari sebelum lebaran saya perkirakan pesanan barang saya tersebut akan tiba 3-4 hari sebelum lebaran barang saya sudah tiba ditempat. 

Terobsesi akan sebuah tagline atau "rayuan" Lazada yaitu  : "belanja semudah memutar jari, anti ribet dan jaminan pengiriman barang 14 hari". Saya pun terlanjur yakin dengan Lazada karena saya menganggap mereka sudah berpengalaman dan berkelas Internasional. Begitu juga dengan Layanan Jasa kurir JNE, yang notabene pengiriman barang dengan jasa armada pesawat, banyak counter sampai ke pelosok, armada Mobil Box pun untuk mengantar barang ke alamat pemesan juga sungguh tidak meragukan.

Tapi alhasil, rencana dan niat baik saya untuk menghadiahkan 1 (unit) Smartphone murahan untuk anak saya sebagai penghargaan dan support atas prestasi studinya telah tamat lulus SMP dan akan masuk sekolah lanjutan SMU. 

Smartphone sebagai hadiah Lebaran Idul Fitri untuk anak saya buyar. Situasi menjelang lebaran seharusnya mengurusi urusan lainnya yang lebih penting, tapi situasi saya malah berubah jadi ribet dan menyusahkan akibat pelayanan Jasa JNE yang tidak bertanggung jawab. Seharusnya JNE selaku jasa kurir harus lebih disiplin dan memberi layanan prima kepada klien, karena jasa/ongkos kirim sudah dikeluarkan dimuka bersamaan transfer pemesanan barang. Lagian apa yang membanggakan Brands atau Lembaga ataupun Profesi anda jika bukan dengan pelayanan tepat waktu, keselamatan barang dan kenyamanan pihak klien yang anda berikan. Menurut saya, jiwa profesional insan pengusaha/pekerja jasa kurir khususnya JNE harus dilatih dan dilakukan pembinaan secara kontinyu. Jika tidak, percuma stiker EXPRESS tertempel pada neonbox kantor dan counter serta armada JNE dimanapun.

Ketidaknyamanan saya alami sejak melakukan pengecekan pada website JNE yang selalu gagal.
Lazada saya akui bekerja cepat dalam memesan barang kepada Penjual di Jogyakarta. Tapi dalam hal memilih jasa kurir seharusnya juga Lazada selektif memilih biro jasa ekspedisi yang punya management bagus, disiplin dan bertanggungjawab.

Apa yang saya alami beserta anak saya yang bersusah payah membuka internet untuk melakukan pengecekan sesuai no resi JNE yang diberikan oleh Lazada itu sudah bisa dijadikan sinyal buruk untuk tidak perlu bekerjasama lagi dengan JNE jika belum melakukan pembenahan. Setiap pagi dan sore kita lakukan pengecekan, tapi selalu keluar kata-kata "data yang anda cari tidak ditemukan". Akhirnya kami mendatangi Kantor JNE Banda Aceh karena pesanan kami sudah memakan waktu sampai 2 minggu belum juga ada kejelasan. Kami tiba di kantor JNE dan salah seorang karyawan kantor JNE langsung meminta no resi kepada saya, kemudian melakukan pengecekan pada komputer kantor mereka, hasilnya mereka menjawab ; "Mohon maaf pak, barang Bapak sudah berada di Counter JNE Jogya sejak pembelian tanggal 3 Juli 2015, tapi belum bisa kami jawab kapan barang Bapak tersebut dikirim ke Banda Aceh".

Kedatangan saya berulang kali ke Kantor JNE sebenarnya tidak perlu, apalagi jasa yang kita bayarkan sudah dua kali lipat dari ongkos Jakarta - Banda Aceh. Biasanya barang dari Jakarta ke Banda Aceh seberat Smartphone dikenakan Rp. 26.000,-. Karena sumber barang dari Jogyakarta, kami dikenakan Rp. 54.000,- sebenarnya Rp.100.000 pun kita bayar kalau JNE tepat waktu. Tapi jangka pengiriman memakan waktu berbulan-bulan seperti ini, terus terang saja saya tidak ikhlas membayar ongkos kepada JNE. Bahkan saya sangat kecewa kepada Lazada karena memilih JNE, atas keterlambatan pengiriman pesanan barang ini, anak saya jauh lebih kecewa dan merasa sudah tidak butuh lagi Smartphone tersebut karena ia sudah kembali beraktifitas di pemondokan/asrama.

Kesimpulannya, Belanja Online ternyata belum begitu nyaman dan mendapat layanan prima. Semua pihak yang terlibat dalam bisnis masih harus belajar ekstra untuk mencapai hasil yang sempurna.

Kepada Pihak Lazada atau Pihak Penjual barang, saya menyarankan untuk melakukan pemutusan hubungan sementara dengan JNE mengingat sangat banyak keluhan keterlambatan dikeluhkan oleh pemesan, kita sama-sama mengetahui situasi tersebut pada komentar beragam pada postingan "Fanspage Facebook Lazada.co.id"

Saya juga menyampaikan keluhan kepada admin fanspage fb Lazada pada hari jumat tanggal 7 Agustus 2015 (tepat sebulan masa tunggu saya), admin berjanji segera meneruskan kepada pihak terkait.
Tetapi sampai hari ini tanggal 12 Agustus 2015 saya belum juga mendapat kabar dari Jasa Kurir terkait untuk keberadaan barang saya tersebut.

Tuntutan Tindak Pidana Ringan

Pengembalian barang karena keterlambatan pengiriman rencana akan saya lakukan karena ;
1). Tujuan pembelian barang untuk pemberian hadiah kepada anak saya saat lebaran idul fitri sudah tidak bisa terpenuhi.
2). Saya tidak meminta uang sanksi atau ganti rugi lain yang bukan hak saya, saya hanya akan bertindak dalam koridor peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
3). Membuat rasa tidak nyaman oleh Pedagang terhadap pelanggan/klien anda, itu dapat dituntut dengan Pidana Tentang perlindungan Konsumen dan tindak pidana ringan karena perbuatan tidak menyenangkan.

Kepada masyarakat yang membaca artikel blog saya ini mungkin bisa menjadi pengetahuan dan lmenjadi pertimbangan dalam berbelanja online kedepan. Silahkan share kepada sahabat, teman dan keluarga anda untuk mengingatkan dalam berbelanja online untuk tetap berhati-hati dan jeli dalam memilih Jasa Toko online maupun Jasa Ekpedisi. Semua toko online memuji diri mereka sebagai solusi belanja mudah, murah dan anti ribet. Dan semua jasa kurir pasti membual dengan jaminan paket kiriman :  "kiriman satu hari", "kiriman satu malam", "kiriman kilat", express++, bahkan ada jasa kurir sudah menggunakan pesawat sendiri untuk pengiriman barang (pesawat cargo)



Selasa, 24 Februari 2015

Breuh Island Under Water (sesi Mengejar Sunset di Pantai Balu)

Babak ke II tour perjalanan crews Leungong Campaign Team Edisi Kampanye Sadar Wisata Aceh, dengan lokasi wilayah Pulau Breuh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar.

Begitu tiba di Dermaga Serapong, Pulau Breuh kami sudah ditungguin oleh Kanda Abdul, langsung mengajak kami TwooBrucs di Jambo Kupi Kak Wati. Setelah minum kopi, kami dibawa ke rumahnya untuk mandi-mandi dan sekaligus beliau menunjukkan kamar untuk penginapan kami berdua selama berada di Pulau Breuh.

Selesai mandi, kami melihat jam sudah menunjukkan pukul 18.00 Wib, langsung berpikir : "sunset di Pantai Balu pasti sudah mulai nampak ini," pikirku sambil mencari cara tercepat mencapai Pantai yang selama ini aku zoom di Google Earth betapa indah, bersih dan luas. Betul-betul membuat penasaran siapapun yang melihat peta google tentang Pulau Breuh dan Pulau Nasi ini.

Sambil berkemas-kemas kami larut dalam cerita perjalanan terburu-buru kami yang hampir saja tertinggal kapal menuju Pulau Breuh tadinya, tak lama kemudian sudah datang Nek Min, seorang Pengusaha Wisata Taxi Laut datang mengantar sarana traveling kami selama di Pulo, yaitu Sepeda Motor RX King, dengan segera kami berdua Fadil boncengan sementara Kang Abdul mengendarai King juga sendiri menemani kami memacu kenderaan menggapai Sunset in Balu sore itu.

Hitungan waktu dari Serapong kami mencapai Pantai Balu memakan waktu lebih kurang 20 menit.. Huuuuh.. terhenti nafasku saat awal menatap Pantai Balu dari pinggir jalan posisi masih diatas ketinggian sebelum tiba di Pantai Balu.

Intinya kami bersyukur Alhamdulillah, target menikmati indahhya sunset di Pantai Balu Pulau Breuh telah tercapai.

Sampai jumpa di tulisan berikut, Menikmati Sunset di Pantai Pink Balu.

Jumat, 01 Februari 2013

Kampanye Ayo ke Aceh Lagi!

 Beberapa orang yang tertangkap kamera mau ikutan mendukung program Ayo Ke Aceh Lagi..mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, lokal maupun internasional :)











Kamis, 31 Januari 2013

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN JANGKA PANJANG (Sebuah Kebutuhan Masyarakat Aceh dan Dunia)

Seiring dengan menurunnya intensitas kekerasan di Indonesia, setidaknya memberikan secercah harapan bagi terciptanya Indonesia yang lebih damai dan kondusif. Walaupun  sesekali meletup senjata, meledak geranat,  namun setidaknya sampai hari ini sudah semakin kondusif dan aman terkendali. Hampir seluruh kasus kekerasan hari ini dapat diungkap dan pelakunya telah diadili.

Permasalahannya sekarang  adalah bagaimana menjawab masalah dan tantangan atas pembangunan perdamaian jangka panjang yang berakar dalam kehidupan dan yang dapat menyahuti kebutuhan masyarakat sendiri. Yaitu bagaimana individu-individu dan institusi-institusi dalam masyarakat mampu mendorong keadilan sosial, kepercayaan, empati, kerjasama, dan dialog sosial di tengah masyarakat sendiri sehingga tercipta masyarakat yang lebih damai dan madani.

 Secara teori, ada beberapa tahapan yang dapat dilalui, diantaranya :
1). Peace making (conflict resolution) yaitu  penyelesaian pada masalah (kekerasan, pertikaian dan dengan segera menghentikannya.
2).  Peace keeping (conflict management) yaitu Menjaga atau merawat perdamaian.
3). Peace building (conflict transformation) yaitu  perubahan struktur dalam masyarakat yang menimbulkan ketidak-adilan, kecemburuan, kemiskinan, dsb.

 Mengenai pengembangan peace-building di Indonesia yang holistik setidaknya dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
1). Sosialization of Sustainable Peace (Sosialisasi perdamaian yang berkelanjutan).
Ikrar perdamaian yang telah tertulis dalam MoU Helsinki hendaknya terus dikampayekan kepada seluruh elemen masyarakat tanpa henti dan harus melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak dengan konflik Aceh. Ada 4 (empat) agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, Masyarakat, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.  Konflik horisontal dan vertikal saling memberikan amunisi. Ketika konflik horisontal terjadi, konflik vertikal memberikan api. Ketika konflik horisontal terjadi, elit-elit memanfaatkannya, demikian seterusnya. Ini menjadi modal dasar sebuah tatanan nilai perilaku dalam skala kecil di tingkat paling bawah yaitu diri dan keluarga. Begitu pula di dalam lingkup masyarakat, serat-serat nilai perdamaian juga harus mulai ditanamkan sejak dini dengan menghargai segala bentuk perbedaan yang prural dan menanamkan nilai-nilai keadilan. Hal ini bisa dikuatkan oleh adanya "kearifan lokal (local wisdom)" yang ada di setiap komunitas sebagai bingkai nilai tatanan nilai suatu msyarakat. Sebagai pelengkapnya adalah kontribusi lembaga pendidikan formal dan non formal yang mengajarkan pengetahuan tentang perdamaian, bagaimana konflik bisa muncul, bagaimana mengatasinya dan bagaimana menjaga perdamaian yang telah didapatkan. Semua ini dapat menjadi solusi  terbesar bagi peningkatan pemahaman atas perdamaian di seluruh aspek kehidupan.

 Penguatan kampanye "Damai Aceh-Ku"  ini harus terus dilakukan kepada seluruh stakeholder dan agen perdamaian yang ada. Seperti masyarakat, tokoh agama dan masyarakat, generasi muda, aktifis LSM, dan pemerintah serta pihak-pihak yang teribat langsung dalam konflik. Ketika seluruh komponen ini bersatu pada "satu kata" menabuh genderang perang dan meneriakkan Damai untuk seluruh bidang kehidupan maka diyakini betul, berbagai potensi konflik yang muncul akan dapat diatasi dengan secepatnya.

 2. Community empowerment (Penguatan komunitas).
 Kegiatan pemberdayaan dapat mengacu pada banyak kegiatan di antaranya meningkatkan kesadaran akan adanya kekuatan-kekuatan sosial yang menekan orang lain dan juga pada aksi-aksi untuk mengubah pola kekuasaan di masyarakat. Penguatan kapasitas masyarakat di segala bidang harus menjadi prioritas utama untuk menghindari munculnya benih-benih perselisihan, kesenjangan dan ketidakadilan. Misalnya penguatan komunitas sadar hukum, penguatan komunitas sadar politik, penguatan komunitas sadar pluralisme, penguatan komunitas sadar gender, penguatan komunitas kawasan pesisir, penguatan komunitas daerah tertinggal, penguatan ekonomi masyarakat miskin, advokasi hak-hak sipil (HAM) dan segudang aktivitas pengembangan komunitas lainnya yang bisa dijalankan.
Sampai hari ini, sangat terlihat jelas bagaimana pemerintah tidak terlalu serius dalam mengembangkan kekuatan masyarakat dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan hukum. Ini bisa dibuktikan dari minimnya anggaran untuk pos tersebut dan tidak adanya lembaga pemerintah yang menjadi betul-betul terfokus  melalui program-program yang dijalankannya. Setidaknya pengembangan komunitas masyarakat ini hanya menjadi pelengkap semata. Di bidang penguatan HAM dan hukum misalnya sangat sedikit sekali peran pemerintah dalam mendorong hal diatas, hanya kalangan LSM yang betul-betul berjuang di area ini, itupun dananya tidak disupport dari pemerintah sendiri. Seharusnya pemerintah dan LSM serta masyarakat bersatu, bahu-membahu untuk hal maha penting ini.

 Kedua jalur pendekatan diatas, bertujuan untuk menjadikan masyarakat dan pemerintah lebih sadar dan memiliki bargaining possition yang tepat dalam interaksi sosial dan mendapatkan kesejahteraan dalam masyarakat yang lebih harmonis serta terhindar dari kesenjangan dan ketidakadilan.

 Semoga program Pemerintah dalam Pelaksanaan Kampanye Akbar "Damai Aceh-Ku"  dapat diperankan dengan baik oleh Agency, dan  menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat untuk menciptakan Damai dalam kontek yang seluas-luasnya.

Wassalam,
NAZART
Penulis bekerja sebagai CEO "Leungong Advertising Coy"

Ucapan Terimakasih kami kepada ;
1. Ketua PPPI Pusat, beserta staf panitia Pelaksana
2. Ketua PPPI Aceh dan Unsyiah (sebagai Sponsor)
4. Para pemateri CWMC ; Arief Budiman, Janoe Arijanto dan Heri Ardin,
5. Hijrah, B'Meldie, Resha, Maulana, Putri dan Rizki atas atensinya dalam membangun kerjasama selama CWMC.

Ayo Ke Aceh Lagi (Poster)